• Tahun 1879-1920: ditandai dengan berbagai macam fakta tentang gerakan mata dan kelainan pada mata manusia di mana seseorang tidak bisa memperkirakan jauh dekatnya jarak sebuah objek di hadapannya.
  • Tahun 1930-1958: ditandai dengan munculnya penelitian-penelitian aplikatif yang memanfaatkan gerakan mata manusia, terutama untuk penelitian di bidang psikologi.
  • Tahun 1970-1998: perkembangan penelitian aplikatif ditandai dengan munculnya berbagai macam metode deteksi gerakan mata dan perekaman gerakan mata yang semakin akurat.
  • Tahun 2000-sekarang: eye tracking dikembangkan sebagai salah satu alat untuk menginvestigasi proses kognitif manusia pada saat membaca dan melakukan aktivitas harian lainnya.

01

Gb. 1. Dua macam jenis eye-gaze tracking yang sering digunakan untuk antarmuka komputer: tipe dua dimensi (kiri) dan tiga dimensi (kanan).

Ada dua macam tipe eye tracking: dua dimensi (2D) dan tiga dimensi (3D), sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1. Tipe 2D memiliki kemampuan untuk mendeteksi atensi manusia di ruang 2D. Tipe ini sudah banyak dikembangkan dan menjadi dasar teknologi dari hampir seluruh eye tracking yang diproduksi secara komersial [2, 3]. Tipe 3D memiliki kemampuan untuk mendeteksi atensi manusia tak hanya di ruang 2D, namun juga memberikan informasi kedalaman (depth) dari titik atensi tersebut. Tipe 3D saat ini belum dijual secara luas di pasaran dan lebih banyak dikembangkan dalam riset akademis [4,5].

Sebuah penelitian terbaru [6] mengungkapkan peran penting aplikasi eye tracking sebagai salah satu elemen penting antarmuka natural untuk komputer (natural user interface). Di dalam penelitian tersebut, eye tracking dikombinasikan dengan aplikasi deteksi posisi tangan (hand tracking) untuk mengendalikan aplikasi Google Earth dan penampil foto.

Sejalan dengan penelitian akademis tersebut, berbagai macam teknologi baru di bidang antarmuka komputer telah dikembangkan dan dirilis di pasaran, dua diantaranya adalah teknologi antarmuka natural berbasis gerakan tangan (hand gesture) pada Leap Motion [7] dan teknologi pemindaian dokumen digital di laboratorium Fujitsu Corporation [8]. Dua teknologi yang berbeda ini memanfaatkan ruang 2D dan 3D untuk menghasilkan interaksi yang lebih intuitif, cepat, dan sejalan dengan fungsi natural anggota tubuh kita.Eye tracking sangat mungkin menjadi sarana pendukung, terutama untuk para penyandang tuna daksa (difabel), agar teknologi antarmuka terbaru tersebut dapat mereka manfaatkan.

02

Gb. 2. Penggunaan antarmuka natural untuk mendeteksi posisi jari di ruang 3D dengan perangkat Leap Motion (kiri) dan pemindaian elemen dalam sebuah dokumen dengan teknologi mixed-reality di laboratorium Fujitsu Corporation (kanan) 

Eye tracking juga berpotensi besar sebagai salah satu alat “komunikasi interaktif” antara manusia dan komputer. Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan di German Research Center for Artificial Intelligence mengungkapkan potensi teknologi “Text 2.0” – yang mengacu pada terminologi “Web 2.0” – pada perangkat tablet komputer [9]. Teknologi Text 2.0 adalah sebuah konsep di mana teks dalam sebuah buku digital mampu melakukan respon sesuai posisi atensi pembacanya. Pada saat pembaca menemui kalimat yang sulit dimengerti, Text 2.0 akan menyediakan penjelasan yang lebih mudah dimengerti secara otomatis. Text 2.0 juga memungkinkan adanya efek visual dan animasi pendukung yang muncul secara otomatis pada saat pengguna perangkat komputer tablet membaca buku cerita anak. Semua ini dimungkinkan dengan menggabungkan aplikasi eye tracking di dalam perangkat komputer tablet.

Teknologi eye tracking memungkinkan dua mata kita untuk tidak sekedar menjadi indera penglihatan, namun juga alat komunikasi, jauh melampui batas-batas yang tak pernah terpikirkan oleh pendahulu kita sebelumnya. Penelitian di bidang eye-tracking terus mengalami perkembangan pesat mengingat pentingnya fungsionalitas perangkat komunikasi portabel di masa kini dan yang akan datang. Bagi para penyandang cacat,eye tracking menjanjikan peluang yang cukup besar untuk mengakses teknologi antarmuka komputer terbaru. Di masa yang akan datang, eye tracking diramalkan akan menjadi bagian yang tak terpisahkan pada aktivitas komputasi dan komunikasi manusia.

Referensi:

[1] K. Rayner, “Eye Movements in Reading and Information Processing: 20 Years of Research,”Psychological Bulletin, vol. 3, 1998, pp. 372-422.

[2] Tobii Eye Tracker, “Creating the Future Before Your Eyes With Leading Eye Tracking Innovations”, Available: http://www.tobii.com/ , 2013.

[3] Gaze Point Eye Tracker, “The Most Affordable Eye Tracker”, Available:http://gazept.com/ , 2013

[4] J. W. Lee, C. W. Cho, K. Y. Shin, E. C. Lee, and K. R. Park, “3D gaze tracking method using Purkinje images on eye optical model and pupil,” Optics and Lasers in Engineering, vol. 50, 2012, pp.736-751.

[5] S. Wibirama & K. Hamamoto, “3D Gaze Tracking System for Nvidia 3D Vision®” in Proceeding of The 35th Annual International Conference of the IEEE EMBS, Osaka, Japan, 3-7 July 2013, pp. 3194-3197.

[6] M.J. Reale, S. Canavan, L. Yin, K. Hu, and T. Hung, “A multi-gesture interaction system using a 3-D Iris disk model for Gaze estimation and an active appearance model for 3-D hand pointing“, IEEE Transactions on Multimedia, vol. 13(3), 2011, pp.474-486.

[7] Leap Motion, “A tiny device with a huge idea”, Available:https://www.leapmotion.com/ , 2012.

[8] D. Kennedy and R. Osuga, “Touchscreen interface for seamless data transfer between the real and virtual worlds”, DigInfo.Tv, Available: http://www.diginfo.tv/v/13-0025-r-en.php , 2013.

[9] E.v. Buskirk, “Eye-Tracking Tablets and the Promise of Text 2.0”, Wired Digital, Available: http://www.wired.com/business/2010/03/eye-tracking-tablets-and-the-promise-of-text-20/ , 2010.