Dari sana, saya mulai berkenalan dengan berbagai macam aplikasi penelitian eye-gaze tracking dengan memanfaatkan teknik-teknik computer vision. Penelitian inilah yang akhirnya membawa saya mengunjungi berbagai negara, baik melalui seminar internasional, maupun sekedar study trip  biasa.

Mengapa eye-gaze tracking?

“Mata kita adalah jendela kita melihat dunia”. Demikian bunyi salah satu kata-kata mutiara yang sering kita dengar. Ternyata, dua mata kita memiliki fungsi yang lebih rumit selain sekedar menjadi “jendela untuk melihat dunia”. Mata merupakan salah satu komponen tubuh yang terhubung dalam sebuah sistem exteroceptor, yakni bagian-bagian dari tubuh yang menjadi sensor input untuk otak kita. Mata menjadi salah satu gerbang masuknya informasi yang akan diproses oleh otak dan sistem syaraf di tubuh kita, untuk kemudian diteruskan dalam bentuk respon motorik ke bagian tubuh lainnya. Selain itu, mata juga terhubung dengan sebuah sistem vestibular, yang juga meliputi tiga tulang setengah lingkaran di telinga dalam manusia. Mata, bersama-sama dengan sistem vestibular berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh kita.

Berdasarkan dua kondisi utama inilah, mata memiliki dua fungsi utama: fungsi atensi dan fungsi diagnosis. Fungsi interaksi digunakan saat kita menggunakan mata kita dalam melakukan aktivitas sehari-hari, saat kita memasak, saat kita melakukan aktivitas menulis, membaca, dan lain sebagainya. Mata menjadi salah satu pointing device, sebagai salah satu “alat” yang menunjukkan di mana arah atensi kita. Selain itu, mata juga memiliki fungsi diagnosis. Mata dapat menjadi salah satu penanda kesehatan seseorang, terutama terkait dengan kondisi kesehatan sistem vestibular. Seseorang yang menderita penyakit vertigo dapat dideteksi dengan mengamati gerakan matanya.

Dua fungsi utama mata inilah yang mengilhami banyak penelitian eye-gaze tracking saat ini. Dua cabang penelitian eye-gaze tracking berdasarkan fungsi mata adalah: eye-gaze tracking untuk interaksi manusia dan komputer (human computer interaction) dan eye-gaze tracking untuk diagnosa medis (medical diagnosis).

Sampai dengan tulisan ini ditulis, saya sudah melakukan penelitian di bidang ini selama hampir lima tahun berturut-turut. Sebagian besar literatur yang saya baca dan beberapa paper yang saya publikasikan ditulis dalam bahasa Inggris. Untuk menggali kemanfaatan dari apa yang sudah saya lakukan, saya mencoba menulis ulang beberapa artikel tersebut di dalam blog ini. Harapan saya pribadi, blog ini dapat menjadi inspirasi untuk masyarakat di seluruh pelosok Indonesia tentang penelitian eye-gaze tracking dan manfaat yang bisa diambil darinya. Semoga ini juga menjadi harapan para pembaca semua.

Sunu Wibirama
Tokyo, Jepang

18 Juli 2013