Usability adalah sebuah bidang ilmu yang unik. Ilmu ini mempelajari bagaimana sebuah produk yang beroperasi di atas komputer (bisa berupa perangkat lunak, halaman web, atau disain sebuah package tertentu) dapat digunakan oleh konsumen tanpa harus berpikir panjang. Untuk membuat halaman web atau antarmuka yang intuitif, disainer perlu mengetahui pola pikir konsumen saat menghadapi halaman web atau antarmuka tersebut. Selain itu, pengujian tingkat usability sebuah antarmuka sangat menentukan mudah dan tidaknya sebuah antarmuka digunakan. Salah satu buku klasik (edisi pertamanya sudah terbit sejak tahun 2000 ! ) yang sangat saya sukai pembahasan dan gambar-gambarnya adalah “Don’t Make Me Think: A Common Sense Approach to Web Usability” karya Steve Krug (saat ini sudah diterbitkan sampai dengan edisi ke-3).
Usability pada halaman web maupun pada antarmuka aplikasi pada mobile device (contoh: tablet PC, smartphone) bukan hal yang baru. Namun seiring dengan perkembangan teknologi pemrograman web dan pengembangan aplikasi mobile, studi tentang usability ini tetap hangat untuk diperbincangkan. Berbagai macam metode digunakan untuk memahami proses berpikir (cognitive process) konsumen saat mengakses produk yang diuji. Mulai dari wawancara, analisa data sinyal biomedis (semacam sinyal detak jantung, keringat, sinyal respon otak), sampai dengan memperhatikan pola pengamatan konsumen pada antarmuka produk yang diuji.
Eye tracking adalah salah satu alat yang bisa dimanfaatkan untuk menganalisa pola pengamatan seseorang saat melihat sebuah produk. Pola pengamatan ini dapat diwujudkan dalam bentuk fixation map atau heat map. Fixation map menunjukkan bagian-bagian tertentu dari sebuah antarmuka yang diamati secara berurutan. Bagian yang pertama kali diamati oleh konsumen tentunya bagian pertama yang menarik perhatian konsumen. Selain itu, fixation map juga menunjukkan pola urutan pengamatan konsumen, yang pada akhirnya akan memberikan informasi “apakah sebuah bagian dari antarmuka” digunakan / tidak digunakan oleh konsumen.
Heat map menunjukkan bagian-bagian sebuah antarmuka yang telah diamati oleh konsumen dalam durasi waktu tertentu. Semakin merah warna, semakin lama bagian tersebut mendapatkan perhatian. Bagian yang mendapatkan warna merah adalah bagian yang paling menarik perhatian konsumen.
Pada video di bawah, saya mencoba mendemonstrasikan fixation map pada saat melihat halaman web. Pada video tersebut, fixation map digambarkan dengan lingkaran-lingkaran merah, berikut durasi waktu pengamatan saya pada satu titik tertentu pada sebuah halaman web. Semakin besar lingkaran merah menunjukkan semakin lamanya saya memandang titik atau area tersebut. Garis-garis yang menghubungkan lingkaran merah tersebut menunjukkan arah pandangan dari waktu ke waktu.
Fixation map juga bisa digunakan sebagai sebuah pointer untuk meneliti aktivitas bersama (joint activity) atau pemahaman yang mendalam untuk sebuah materi training. Sebagai contoh, pada saat guru seni musik melihat ke arah teks partitur atau tablatur, murid bisa mengikuti arah pandangan guru tersebut berdasarkan fixation map. Hal ini sangat bermanfaat untuk mempercepat pemahaman murid tentang bagian mana saja yang perlu diperhatikan oleh seorang murid saat memainkan alat musik dengan panduan partitur atau tablatur.